Rabu, 05 Juni 2013

Beta Belum Bangga

Barisan pulau tertata rapi bagai permata hijau, Itulah Indonesia. Kata orang tanah kita adalah tanah surga, dan memang sepertinya Indonesia dilahirkan untuk menjadi berkat. Namun, apakah pernyataan tersebut hanya sekedar kata atau sebuah mimpi yang masih terus dikejar?

Kalau ada sebuah makanan yang menggambarkan Indonesia, itulah nasi. Ya, nasi memang menjadi makanan pokok bagi lebih dari 50% populasi di dunia termasuk Indonesia. Namun, kisah cinta dengan nasi tidak akan selalu berakhir bahagia, terlebih dengan kondisi Indonesia yang memberikan potret lahan hijau mulai menghilang. Laporan terakhir dari Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia bahwa lahan pertanian di nusantara secara drastis berkurang, hingga 100.000 hektar, banyak lahan pertanian di ubah menjadi industri dan tujuan lain setiap tahunya. 

Tentu saja hal ini membuat keanekaragaman pangan menjadi begitu krusial. Karena kita tidak bisa terus-menerus menggantungkan hidup pada sebuah tanaman yang kita sebut dengan padi. FAO mengatakan bahwa kira-kira seperempat dari jutaan macam tumbahan tersedia tetapi yang digunakan hari ini kurang dari 3 persennya.






Apakah hal itu sudah cukup membuat kita bangga? Tentu saja belum. Karena berkat yang kita sebut kekayaan dan keanekaragaman Indonesia itu masih belum membawa manfaat bagi masyarakat luas. Hal ini membuktikan bahwa ada sesuatu yang harus kita lakukan. Keanekaragaman itu butuh penanganan yang tepat dan profesional. 

Sebelum berbicara tentang penangan yang tepat dan professional kita harus belajar mencintai Indonesia terlebih dahulu. Mencintai Indonesia itu sederhana. Kita bisa memulainya dengan mencintai makanan-makanannya. Miris memang, ketika banyak masyarakat kita yang lebih memilih makanan impor dari makanan lokal yang sebenarnya tidak kalah saing. Contohnya saja durian bangkok. Durian bangkok jadi lebih populer di Indonesia dibanding varitas durian lokal. Padahal dari segi rasa dan kualitas durian varitas lokal tidak kalah dari durian Bangkok.

Terkadang kita menjadi negeri pelupa. Kita sering lupa akan harta yang kita punya. Ketika ada tetangga yang mengambil harta tersebut baru kita sadar dan seperti cacing kepanasan. Sebenarnya, kelupaan itu berawal dari sikap acuh dan seolah tak peduli. Kita sering mengabaikan kekayaan kita, sehingga kita tidak tahu bahwa sebenarnya kita mempunyai harta yang sewaktu-waktu diincar dan ingin dimiliki oleh pihak lain. Sebenarnya ketika kita peduli maka kita akan punya rasa memiliki. Ketika kita punya rasa memiliki kita akan mencintai dan menjaganya. Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa kita juga bisa mengembangkan segala potensi yang ada sehingga akan membawa manfaat besar bagi kehidupan kita. 

Dengan keanekaragaman pangan kita tidak hanya menyejahterakan masyarakat tetapi juga menjaga tetap warisan dan ciri khas budaya yang ada. Sekali lagi, mencintai Indonesia itu sederhana. Maka, kita bisa melakukaknya dari hal-hal yang sederhana pula. Contohnya saja dengan  menggunakan pekarangan rumah sebagai lahan untuk mananam sumber pangan. Biasanya pekarangan rumah sangat efektif untuk menanam tanaman seperti cabai, selada, labu, dan sebagainya.

Selanjutnya perlu kita sadari bahwa selera masyarakat yang kian tinggi dan populasi penduduk juga yang kian meningkat, menuntut inovasi kuliner dari sumber pangan nasional yang lebih baik dan berkualita.. Sepertinya, pemerintah juga sudah menyadari hal ini dengan mengkampanyekan, memfasilitasi dan mengimplementasikan berbagai program. Namun, tentu saja program pemerintah tidak bisa berjalan tanpa dukungan masyarakatnya. Selain mendukung, kita juga harus mulai mengambil langkah untuk melakukan inovasi dan mengembangkan berbagai teknologi pangan. Dengan demikian, kita bisa mengambil hati masyarakat dunia untuk turut mencintai makanan Indonesia. Selain membawa kesejahteraan bagi rakyat melalui konsumsi sendiri maupun ekspor, hal ini juga membuat kita layak untuk berbangga kepada Indonesia.
Mungkin kita sering mendengar atau bahkan berkata hal buruk tentang Indonesia. Mulai dari kemacetan, korupsi, kemiskinan, kriminalitas, ketidak adilan hukum, pendidikan yang tidak mendidik, dan lain sebagainya. Namun, sekedar mendengar dan berbicara tidak akan mengubah apa pun. Kita harus melakukan sesuatu sesegera mungkin. Mungkin kita bisa berbangga dengan Indonesia yang diberkati, tetapi itu tidak cukup. Kita juga harus membuat Indonesia bangga mempunyai orang-orang seperti kita. Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah dengan mencintai dan melestarikan keanekaragaman pangan di Indonesia. Kita berharap generasi selanjutnya juga dapat bangga dengan keanekaragaman Indonesia dengan selalu mendukung, mengkonsumsi dan mengembangkan berbagi jenis pangan nasional.


much love  
Tiuruli Sitorus


Diikutkan dalam lomba menulis opini 2013 "Kebanggaan Bangsa Indonesia"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar