Jumat, 14 Juni 2013

KOLOID



Saat tulisan ini dibuat penulis sedang dalam keresahan ketika menghadapi Ujian Kenaikan Kelas mata pelajaran Kimia. Semua berawal dari Koloid. Koloid adalah sebuah campuran yang secara makroskopis tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra, ternyata masih dapat dibedakan antar partikel-partikelnya. Contohnya adalah susu, es krim, kabut, sold emas, intan hitam dan lain sebagainya.

Yang menarik bukanlah soal dan jawaban tes yang begitu rumit, melainkan ada banyak analogi antara koloid dan kehidupan.

Yang pertama adalah bagaimana cara mengenali sistem koloid? Salah satu cara yang sangat sederhana adalah menjatuhkan seberkas cahaya (transparan), dan koloid akan menghamburkannya. Contohnya adalah sorot lampu mobil pada malam yang berkabut. Yang perlu digaris bawah disini adalah bahwa koloid menghamburkan berkas cahaya tersebut dan demikian kita dapat mengenalinya. Hal ini mengingatkan kita sebagai manusia untuk terus menjadi terang atau 'menghamburkan cahaya' kepada orang-orang disekeliling kita supaya diri kita juga semakin terlihat. Mungkin bumi sudah bosan dengan melihat 7 juta manusia setiap harinya. Belum lagi, seringkali manusia sebagai makhluk yang paling pintar merasa punya hak istimewa untuk mengusai alam dan semua isinya tanpa memperhatikan kelestariannya. Inilah yang disebut dengan serakah. Seharusnya, sebagai manusia kita 'menghamburkan cahaya' dan tidak menyisakan kegelapan untuk orang-orang disekeliling kita maupun para generasi yang akan datang. Kegelapan yang penulis maksud adalah rusaknya alam , yang membuat kehidupan kita maupun anak cucu kita mendatang menjadi lebih buruk. Manusia memang istemawa. Sesuatu yang membuatnya istimewa itulah yang kita sebut dengan akal budi. Saat manusia kehingan akal budinya berarti manusia telah kehilangan keistimewaannya.

Yang kedua adalah tentang gerak zig-zag partikel koloid yang disebut dengan gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya Robert Brown. Gerak Brown adalah salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus-menerus, maka koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi, sehingga tidak mengalami sedimentasi. Hal ini sama seperti kehidupan kita. Jika kita ingin supaya tidak 'mengendap' yang harus kita lakukan adalah terus bergerak. Bergerak adalah cara kita untuk mengimbangi roda kehidupan yang juga terus berputar. Bahkan, bergerak pun tidak semudah kelihatannya. Pada sistem koloid ketika setiap partikel tidak dapat menjaga kedudukannya mereka akan saling bertabrakan. Sama dengan kita manusia, gerakan-gerakan inilah yang disebut dengan gerakan yang bertanggung jawab. Maksudnya adalah setiap hal yang kita lakukan mengandung konsekuensi dan secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan yang lain. Walaupun demikian, sebagai manusia jangan pernah berhenti bergerak untuk tahu dimana sebenarnya kamu berada. Ingatlah bahwa, "hidup selalu membawamu ke tempat yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya, tetapi percayalah disitu kau akan menemukan takdirmu."

Yang ketiga adalah bagaimana partikel koloid mendapatkan muatan listrik? Hal ini disebut dengan kemampuan adsorpsi. Sama seperti koloid, manusia juga harus bisa melakukan adsorpsi. Apa yang perlu di adsorpsi oleh manusia? Tentu saja ilmu. Sebenarnya hidup bukan hanya tentang memilih, melainkan juga tentang belajar. Hidup tanpa belajar bagaikan burung tak bersayap. Maka dari itu manusia juga harus bisa membuka diri terhadap segala perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Satu hal yang membedakan manusia dengan koloid adalah manusia memiliki sistem filtrasi. Maksudnya adalah manusia mampu menyaring setiap informasi yang datang kepadanya. Dengan demikian manusia seharusnya tidak hanya menjadi makhluk yang paling pintar tetapi juga paling bijaksana.

Yang keempat adalah apabila muatan koloid dilucuti, maka kestabilan koloid terganggu sehingga mengakibatkan koagulasi atau penggumpalan. Makin besar muatan ion makin kuat daya tarik menarik antar partikel ion sehingga makin cepat terjadinya koagulasi. Ini masih berkaitan dengan sifat koloid yang ketiga. Menyerap informasi itu penting. Akan tetapi jangan sampai informasi yang diserap itu melucuti muatan dari diri kita. Muatan diri kita itu adalah identitas dan kepercayaan diri. Setiap manusia memang diciptakan unik adanya dan berbeda satu sama lain. Perbedaan itu ada bukan untuk dicela melainkan dihargai. Sering kali, karena kita terlalu bersemangat menyerap informasi sebanyak-banyaknya, kita kehilangan kemampuan filtrasi yang kita miliki. Selain itu segala informasi yang masuk itu malah membawa kita terhanyut oleh arus yang ada karena kita kehilangan karakter atau identitas dari diri kita. Mencontoh kebaikan orang lain itu penting tetapi menjadi diri sendiri jauh lebih penting. Jangan sampai muatan kita terlucuti dan terjadi penggumpalan dalam diri kita. Ketika terjadi penggumpalan otomatis kita tidak dapat mengembangkan diri kira dengan sebaik mungkin.

Yang kelima adalah dialisis, Dalam pembuatan suatu koloid sering kali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Hal ini juga sangat penting bagi manusia. Seperti yang penulis sebutkan tadi bahwa manusia memang istimewa. Akan tetapi, manusia tidak sempurna. Perlu digaris bawah bahwa istimewa dan sempurna adalah dua hal yang berbeda. Walaupun demikian, bukan berarti kita tidak dapat melakukan apa-apa. Kita dapat melakukan proses dialisis seperti koloid, yaitu dengan membuang hal-hal negatif dari dalam diri yang mengganggu kestabilan hidup kita. Biarlah semakin hari kita menjadi pribadi yang semakin baik

Seluruh kehidupan memang tidak dapat digambarkan dalam sebuah koloid. Namun, sebuah koloid dapat menginspirasi seluruh kehidupan untuk menjadi lebih baik lagi.

Walaupun penulis kesulitan menghadapi soal Ujian Akhir Kenaikan Kelas, setidaknya koloid telah membawa sebuah pesan untuk kehidupan.

much love
Tiuruli Sitorus

Terinspirasi dari UKK Kimia, Senin, 10 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar